Dalam upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari industri penerbangan, Airbus dan Toshiba telah membentuk kemitraan untuk mengembangkan motor pesawat superkonduktor.
Dalam upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari industri penerbangan, Airbus dan Toshiba telah membentuk kemitraan untuk mengembangkan motor pesawat superkonduktor yang menggunakan hidrogen cair sebagai bahan bakar dan pendingin. Kemitraan ini diharapkan dapat membuka peluang baru dalam pengembangan teknologi penerbangan yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Dilansir dari New Atlas (1/11), motor superkonduktor ini dirancang untuk menggunakan hidrogen cair yang dipanaskan hingga -253°C sebagai bahan bakar dan pendingin sistem propulsi. Ketika bahan-bahan tertentu dipanaskan di bawah suhu tertentu seperti ini, mereka menjadi superkonduktor, yang berarti resistansi listriknya berkurang hampir menjadi nol dan dapat mengalirkan arus listrik secara tak terhambat. Hal ini memungkinkan pembuatan magnet yang lebih kuat dan efisien, yang merupakan inti dari motor listrik.
Airbus dan Toshiba mengklaim bahwa motor superkonduktor tersebut lebih ringan sekitar tiga kali lipat dibandingkan dengan sistem konvensional dan memiliki tingkat efisiensi torsi sebesar 97%. Ini berarti lebih banyak daya yang dihasilkan dari paket yang lebih kecil dan ringan, yang sangat menarik untuk digunakan pada pesawat.
Kemitraan ini telah ditandatangani pada acara Japan Aerospace 2024 dan akan menggabungkan teknologi dari proyek demonstrator Cryoprop milik Airbus dan pengembangan motor superkonduktor kelas dua megawatt milik Toshiba. Grzegorz Ombach, Wakil Presiden Senior dan Kepala Disruptive R&T di Airbus, menyatakan bahwa kemitraan ini memberikan kesempatan unik untuk mengatasi batasan dari motor konvensional dan superkonduktor saat ini.
Tsutomu Takeuchi, Pejabat Korporat di Toshiba yang bertanggung jawab atas Divisi Sistem Tenaga dan Direktur Toshiba Energy Systems & Solutions Corporation, menyatakan bahwa kemitraan ini akan berperan penting dalam mengembangkan teknologi berikutnya untuk industri penerbangan dan mendukung upaya dekarbonisasi industri ini.
Dengan adanya motor superkonduktor ini, diharapkan dapat membuka peluang baru dalam desain pesawat hidrogen yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Kemitraan ini juga menunjukkan bagaimana teknologi dan inovasi dapat berpadu untuk menciptakan solusi yang lebih baik bagi tantangan lingkungan saat ini.