Kemampuan baru teleskop NASA dalam mengamati luar angkasa



NASA baru-baru ini memamerkan prototipe teleskop untuk misi deteksi gelombang gravitasi baru di luar angkasa.

NASA baru-baru ini memamerkan prototipe teleskop untuk misi deteksi gelombang gravitasi baru di luar angkasa. Teleskop tersebut merupakan bagian dari misi Laser Interferometer Space Antenna (LISA), yang dipimpin oleh Badan Antariksa Eropa (ESA) bekerja sama dengan NASA. Dilansir dari Engadget (23/10), misi LISA bertujuan untuk mengungkap misteri alam semesta dengan mendeteksi gelombang gravitasi yang dihasilkan oleh peristiwa kosmik besar, seperti tabrakan lubang hitam dan ledakan bintang.

Tujuan utama misi LISA adalah menempatkan tiga wahana antariksa dalam formasi segitiga yang berukuran hampir 1,6 juta mil di setiap sisinya. Ketiga wahana antariksa tersebut akan mengikuti orbit Bumi mengelilingi Matahari, menciptakan detektor raksasa di luar angkasa. Setiap wahana antariksa akan membawa dua teleskop yang dilengkapi sinar laser inframerah untuk melacak posisi saudaranya. Sinar laser tersebut mampu mengukur jarak hingga ketelitian yang sangat tinggi, mencapai sepertriliun meter.

Gelombang gravitasi tercipta selama tabrakan antara dua lubang hitam atau peristiwa kosmik besar lainnya yang menyebabkan distorsi di ruang-waktu. Fenomena ini pertama kali diteorikan oleh Albert Einstein pada tahun 1916 sebagai bagian dari teori relativitas umum. Hampir satu abad kemudian, gelombang gravitasi akhirnya terdeteksi oleh kolaborasi LIGO (Laser Interferometer Gravitational-wave Observatory) yang didukung oleh National Science Foundation, Caltech, dan MIT. Deteksi ini membuka era baru dalam astronomi dengan memanfaatkan gelombang gravitasi sebagai cara baru untuk mengamati alam semesta.

Misi LISA dijadwalkan untuk diluncurkan pada pertengahan tahun 2030-an. Deteksi gelombang gravitasi memiliki potensi besar untuk meningkatkan pemahaman kita tentang alam semesta, termasuk peristiwa-peristiwa seperti lubang hitam supermasif dan Big Bang, yang sulit dipelajari melalui metode observasi konvensional. Teknologi ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru tentang struktur dan evolusi alam semesta serta fenomena kosmik lainnya.

Dalam mempersiapkan misi ini, NASA dan ESA telah memperlihatkan prototipe teleskop yang akan digunakan di LISA. Teleskop ini dibuat dari material kaca-keramik bernama Zerodur yang tahan terhadap perubahan bentuk di berbagai jangkauan suhu, serta dilapisi emas untuk meningkatkan refleksi sinar laser dan mengurangi kehilangan panas. Dengan menggunakan teknologi ini, LISA diharapkan dapat mendeteksi gelombang gravitasi dengan ketelitian yang lebih tinggi daripada pendeteksi sebelumnya.

Kesimpulannya, misi LISA merupakan langkah penting dalam upaya manusia untuk memahami alam semesta. Dengan kemampuan untuk mendeteksi gelombang gravitasi dari peristiwa kosmik besar, misi ini membuka peluang baru bagi penemuan ilmiah dan memberikan pandangan yang lebih dalam tentang fenomena yang membentuk alam semesta kita. Misi ini juga menunjukkan betapa pentingnya kerja sama internasional dalam mengejar pengetahuan dan teknologi canggih untuk kemajuan umat manusia.





Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Top