Webinar perdana dari Diginusantara Connect hadirkan tema “Memahami Kekuatan Persepsi Publik di Media Sosial”, dihadiri ratusan peserta.
Media sosial saat ini sangat dengan mudah mempengaruhi pengguna platform tersebut dengan menyampaikan sebuah informasi dengan kemasan yang sangat menarik. Oleh karena itu, mempelajari bagaimana cara mengubah data menjadi sebuah cerita yang menarik menjadi sebuah kewajiban.
Dengan adanya tantangan ini, platform edukasi Diginusantara Connect, memfasilitasi diskusi mendalam secara online, tentang bagaimana media sosial membentuk persepsi publik, dengan pendekatan teknis dan analitis untuk mengolah data secara efektif.
Oleh karena itu, pada webinar pertama mereka yang dilakukan pada Sabtu (12/10) pagi, Diginusantara Connect mengundang Research & Training Manager PT Indonesia Indicator Nur Imroatus S, sebagai narasumber.
Acara tersebut menarik perhatian 368 peserta, dengan tema yang diangkat adalah “Memahami Kekuatan Persepsi Publik di Media Sosial” ini. Dilihat dari sisi demografi, lebih dari 90% peserta adalah mahasiswa dari berbagai universitas yang tersebar di berbagai daerah.
Sebut saja UHAMKA, BSI, Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Negeri Malang, Universitas Airlangga, Universitas Informatika Indonesia, Universitas Padjajaran, Universitas Islam Indonesia, UGM, STIE BII, UPN Veteran Jakarta, Universitas Pendidikan Indonesia, UNESA, Universitas Sanata Dharma, Universitas Ahmad Dahlan, UIN Salatiga, Universitas Terbuka, UPN Veteran Jawa Timur, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Sumatera Utara, dan Universitas Nasional hadir dalam acara ini.
Di sisi lain, peserta umum lain, yakni sekitar 10% dari total pemirsa, merupakan profesional pada bidangnya, seperti jurnalis, pegiat LSM, hingga pengelola hotel.
Menariknya, 87% peserta mengatakan, topik yang dipaparkan, relevan dengan minat dan kebutuhan. Hal itu dibuktikan oleh pernyataan Dekan FISIP Uhamka Tellys Corliana, yang menyebut, webinar “Memahami Kekuatan Persepsi Publik di Media Sosial” ini, mampu memberikan pemahaman yang menarik dan mendalam mengenai dinamika media sosial kepada mahasiswa.
Menurutnya, persepsi publik akan sangat dipengaruhi oleh bahasa yang dipergunakan. Maka, dia menyarankan agar bijak dalam berbahasa dan berkomunikasi melalui media sosial. Mahasiswa harus bisa memberikan literasi yang baik bagi pengguna media sosial.
“Satu hal yang penting diperhatikan pengguna media sosial terutama mahasiswa sebagai kelompok intelektual adalah bijak dalam penggunaan media sosial,” kata dia.
Apresiasi juga disampaikan oleh Dekan FEB Uhamka Zulpahmi. Dia sangat mengapresiasi kegiatan dari Diginusantara Connect dan dikatakan memberikan literasi kepada mahasiswa-mahasiswa FEB Uhamka.
“Kami memberikan sinyal positif dari acara tentang “Kekuatan Persepsi Publik di Media Sosial”. Banyak ilmu baru yang bisa dipelajari di media sosial, khususnya untuk pelayanan bisnis dan industri. Semoga terus berkolaborasi,” ungkap Zulpahmi.
Sedangkan Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Bina Sarana Informatika Intan Leliana, menyatakan, media sosial memegang peranan penting dalam membentuk dan mempengaruhi persepsi publik.
Oleh karena itu, mahasiswa harus mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis untuk menganalisis informasi yang diterima. Itu artinya harus memahami berbagai sudut pandang, mengidentifikasi sumber informasi yang kredibel, serta menyadari adanya potensi manipulasi atau misinformasi yang dapat membentuk opini publik secara salah.
“Dengan demikian, kita bisa lebih bijaksana dalam menyaring informasi, dan turut berperan dalam membangun diskursus yang sehat di ruang publik digital,” ucap Intan.
Sedangkan Kepala Program Studi D-III Teknologi Informasi Universitas Brawijaya Salnan Ratih Asriningtias menyampaikan kesannya terhadap kegiatan webinar yang dia nilai sangat positif.
Salnan menyebut, narasumber berhasil menyampaikan materi dengan jelas dan mendalam tentang berbagai aspek yang mempengaruhi persepsi publik di sosial media. Studi kasus yang diangkat juga sangat relevan dan membantu dirinya melihat realitas dinamika persepsi di media sosial dalam konteks yang nyata.
“Saya berharap webinar seperti ini dapat diadakan secara rutin dengan topik-topik lanjutan, seperti strategi praktis dalam mengelola persepsi publik untuk organisasi atau individu di era digital. Selain, itu mungkin akan sangat bermanfaat jika ada workshop mengenai penggunaan alat analitik untuk memahami pola persepsi publik. Dengan semakin berkembangnya media sosial sebagai platform utama dalam pembentukan opini, wawasan lebih lanjut tentang teknik pemetaan persepsi akan sangat membantu banyak pihak,” papar dia.