Selama beberapa bulan terakhir ini, kejahatan menggunakan AI generatif semakin meningkat. Ini hal yang bisa kalian lakukan untuk mencegahnya.
Penggunaan AI generatif oleh penjahat siber semakin meningkat, membuat penipuan dunia maya lebih sulit dideteksi. Ditambah dengan literasi digital di Indonesia yang masih rendah, kemungkinan besar banyak masyarakat yang akan dirugikan dengan modus kejahatan yang baru ini.
Tapi, untungnya, kini sudah ada sebuah cara agar dapat melawan ancaman ini. Caranya adalah hanya dengan memanfaatkan alat baru yang berbasis kecerdasan buatan serta dipadukan dengan metode yang telah terbukti.
Saat teknologi AI generatif terus berkembang, konten penipuan seperti kloning suara dan deepfake menjadi semakin realistis. Penjahat siber menggunakan teknik ini untuk menipu individu dan bisnis, menyebabkan kerugian besar.
Pada sebuah studi yang dilakukan oleh Deep Instinct menemukan bahwa 85% profesional keamanan menghubungkan meningkatnya serangan siber dengan penggunaan AI generatif. “Penipuan deepfake canggih seperti ini semakin mungkin dilakukan, dan keuntungan besar membuatnya menjadi usaha yang sangat menguntungkan,” kata Laura Wilber, Analis Industri Senior di Enea.
Ada sebuah satu kasus penipuan yang menarik perhatian terjadi di Hong Kong awal tahun ini, ketika seorang pekerja keuangan ditipu melalui panggilan video deepfake hingga mentransfer USD25 juta dolar atau setara Rp382,5 miliar. Meskipun serangan seperti ini masih jarang, teknologi yang berkembang memungkinkan metode ini menjadi lebih mudah diakses dan berbahaya.
Pada tahun 2023, menurut Gartner, serangan jenis ini meningkat 200%, dengan penjahat yang memanipulasi sistem keamanan untuk mendapatkan akses ke profil palsu. Di dunia yang semakin mengandalkan biometrik, serangan siber berbasis injeksi data biometrik menjadi ancaman serius.
“Analitik prediktif berbasis AI dapat membantu mendeteksi potensi kerentanan sebelum dieksploitasi, memungkinkan langkah-langkah keamanan pre-emptif diambil,” jelas Wilber.
Untuk melawan ancaman ini, kita perlu menggunakan alat berbasis AI seperti analitik prediktif dan meningkatkan kualitas data telemetri untuk mendeteksi pola anomali. Dengan strategi “tidak pernah percaya, selalu verifikasi”, dan kita dapat memperkuat sebuah pertahanan terhadap serangan canggih yang berkembang di era digital ini.
Serangan siber berbasis AI semakin meningkat, dan tanpa langkah-langkah pencegahan yang tepat, bisnis berisiko terkena dampak finansial dan reputasi. Dengan memanfaatkan alat canggih berbasis AI, kita dapat melindungi aset dari ancaman AI yang terus berkembang dan semakin sulit dideteksi.