Kompetisi roket heavy lift baru siap tantang dominasi SpaceX



United Launch Alliance (ULA) telah meluncurkan roket Vulcan Centaur pada Januari 2024, sebuah roket yang dianggap sebagai andalan baru mereka setelah menggantikan Atlas dan Delta IV Heavy.

Dominasi SpaceX dalam industri peluncuran antariksa kini menghadapi ancaman serius dari sejumlah perusahaan yang tengah mengembangkan roket heavy lift generasi baru. Dengan meningkatnya kebutuhan global untuk peluncuran ke orbit, kompetisi untuk menciptakan roket yang lebih kuat dan efisien semakin ketat, membawa tantangan baru bagi SpaceX yang tahun lalu mencatat rekor 96 peluncuran.

Dilansir dari Tech Crunch (22/8), United Launch Alliance (ULA) telah meluncurkan roket Vulcan Centaur pada Januari 2024, sebuah roket yang dianggap sebagai andalan baru mereka setelah menggantikan Atlas dan Delta IV Heavy. Dengan kemampuan membawa muatan hingga 27.200 kg ke orbit rendah Bumi (LEO), Vulcan Centaur menawarkan fleksibilitas dengan empat varian konfigurasi untuk misi-misi berbeda. Peluncuran pertama Vulcan Centaur menandai dimulainya era baru bagi ULA, yang berusaha menekan biaya dan meningkatkan daya saing di pasar peluncuran yang semakin padat.

Di Eropa, ArianeGroup, bekerja sama dengan Badan Antariksa Eropa (ESA), berhasil meluncurkan Ariane 6 pada Juli 2024. Roket ini dirancang untuk mengisi kesenjangan peluncuran di Eropa yang sebelumnya terpaksa menyerahkan beberapa misinya ke SpaceX karena kurangnya alternatif lokal. Meskipun peluncuran perdananya tidak sepenuhnya mulus, dengan adanya anomali pada mesin tahap atas, ESA bertekad untuk melanjutkan dengan peluncuran kedua sebelum akhir tahun ini.

NASA juga terus maju dengan Space Launch System (SLS), roket super berat yang dikembangkan dengan biaya tinggi. Pertama kali diluncurkan pada November 2022, SLS dirancang untuk mendukung misi Artemis NASA ke bulan. Dengan ketinggian 321 kaki dan kapasitas angkut 27.000 kg ke LEO, SLS adalah salah satu roket paling mahal yang pernah dibuat, dengan biaya pengembangan mencapai $23,8 miliar sejak 2011.

Persaingan semakin sengit dengan sejumlah roket heavy lift yang sedang dalam tahap persiapan untuk peluncuran. Salah satunya adalah Starship dari SpaceX, roket dengan kapasitas angkut 150.000 kg ke LEO, yang diharapkan dapat memulai peluncurannya dalam waktu dekat. NASA telah menempatkan harapannya pada Starship untuk misi Artemis yang akan mengembalikan manusia ke bulan.

Blue Origin, perusahaan milik Jeff Bezos, juga tak mau kalah. Roket New Glenn, dengan kapasitas angkut 45.000 kg ke LEO, dijadwalkan meluncur pada September tahun ini. New Glenn dirancang untuk menjadi pesaing utama Falcon Heavy milik SpaceX, terutama dalam misi-misi yang membutuhkan roket dengan daya angkut besar.

Relativity Space, yang dikenal dengan teknologi cetak 3D, sedang mengembangkan Terran R, roket yang diharapkan meluncur pada 2026 dengan kapasitas angkut 33.500 kg ke LEO. Sementara itu, Rocket Lab juga menggarap roket Neutron, yang diproyeksikan siap mengudara pada 2025 dan bersaing langsung dengan Falcon 9 milik SpaceX.

Dengan hadirnya roket-roket baru ini, peta persaingan di industri peluncuran antariksa diperkirakan akan berubah signifikan. Setiap keberhasilan peluncuran roket-roket baru ini berpotensi mengguncang dominasi SpaceX, memberikan lebih banyak pilihan bagi berbagai misi peluncuran di seluruh dunia.





Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Top