Suhu wajah bisa ungkap kondisi kesehatan dan penuaan dini



Konsep bahwa suhu wajah bisa mencerminkan kondisi kesehatan berakar dari pengobatan tradisional Tiongkok, di mana suhu tubuh, termasuk di wajah, diketahui meningkat saat seseorang mengalami demam atau infeksi.

Penelitian terbaru mengungkap bahwa pola panas dan dingin pada wajah bisa menjadi indikator penting dalam mendeteksi penuaan biologis dan penyakit kronis seperti diabetes dan tekanan darah tinggi. Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal ilmiah *Cell Metabolism* edisi Juli 2024.

Dilansir dari sciencenews.org (14/8), studi yang melibatkan hampir 3.000 orang dari etnis Han di Tiongkok, dengan rentang usia 21 hingga 88 tahun, menemukan bahwa individu dengan gangguan metabolik, seperti diabetes dan penyakit hati berlemak, memiliki suhu yang lebih tinggi di area sekitar mata dibandingkan dengan mereka yang sehat pada usia yang sama. Peneliti juga menemukan bahwa suhu pipi lebih tinggi pada orang yang mengalami tekanan darah tinggi.

“Kita dapat menggunakan citra termal wajah untuk mendiagnosis penyakit-penyakit ini dengan tingkat akurasi sekitar 80 persen,” kata Jing-Dong Jackie Han, seorang ahli biologi komputasi dari Universitas Peking, Beijing. “Pola termal pada wajah benar-benar memberikan wawasan lebih mendalam tentang kondisi kesehatan seseorang.”

Penelitian ini juga menemukan bahwa seiring bertambahnya usia, suhu hidung menurun lebih cepat dibandingkan bagian wajah lainnya, yang menunjukkan bahwa orang dengan suhu hidung yang lebih hangat cenderung memiliki usia biologis yang lebih muda. Sebaliknya, suhu di sekitar mata cenderung meningkat seiring bertambahnya usia.

Konsep bahwa suhu wajah bisa mencerminkan kondisi kesehatan berakar dari pengobatan tradisional Tiongkok, di mana suhu tubuh, termasuk di wajah, diketahui meningkat saat seseorang mengalami demam atau infeksi. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa suhu inti tubuh berubah seiring usia, kondisi metabolisme, dan penyakit metabolik, namun penggunaan pola termal wajah untuk menilai usia biologis dan kesehatan metabolik baru diungkapkan dalam studi ini.

Analisis lebih lanjut dari sampel darah para peserta menunjukkan bahwa peningkatan suhu di area mata dan pipi disebabkan oleh aktivitas seluler yang meningkat, terutama yang terkait dengan peradangan, perbaikan DNA, dan respons tubuh terhadap infeksi.

Meski menjanjikan, masih belum jelas apakah alat yang digunakan dalam penelitian ini, yang disebut ThermoFace, akan memberikan hasil serupa pada kelompok etnis dan demografis lainnya. Selain itu, penelitian ini mengungkap bahwa faktor lain, seperti olahraga dan pola makan, juga dapat mempengaruhi suhu wajah. Misalnya, peserta yang melakukan rutinitas olahraga selama dua minggu menunjukkan penurunan usia termal wajah hingga lima tahun, yang ditandai dengan peningkatan suhu di area hidung.

Meskipun ThermoFace menjanjikan sebagai alat penelitian, masih diperlukan studi lebih lanjut untuk menentukan apakah teknologi ini bisa digunakan secara klinis untuk diagnosis di dunia nyata. “Untuk tujuan penelitian, ini sangat bermanfaat,” ujar Vadim Gladyshev, spesialis penuaan dari Brigham and Women’s Hospital dan Harvard Medical School, yang tidak terlibat dalam penelitian ini. Namun, Gladyshev menambahkan bahwa penggunaannya dalam lingkungan klinis masih perlu dievaluasi lebih lanjut.





Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Top