Pefindo Catat Nilai Surat Utang Jatuh Tempo Tahun Ini Rp150,5 Triliun, Obligasi Masih Dominan


Jakarta, Kabar24 — Surat utang dalam bentuk obligasi masih mencatatkan jumlah tertinggi dari jumlah surat utang yang akan jatuh tempo tahun ini. Surat utang tersebut mayoritas berasal dari sektor multifinance atau perusahaan pembiayaan.

Demikian berdasar data yang diungkapkan oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) dalam Media Forum yang digelar secara virtual, di Jakarta, Selasa (9/7/2023).

Direktur Utama Pefindo, Irmawati Amran mengatakan, nilai surat utang korporasi yang akan jatuh tempo pada tahun ini mencapai Rp150,5 triliun dari 121 perusahaan, didominasi oleh surat utang perusahaan pembiayaan (multifinance) sebesar Rp26,3 triliun.

“Surat utang korporasi yang jatuh tempo di 2024 sebesar Rp150,5 triliun, yang masih didominasi multifinance sebesar Rp26,3 triliun dari 20 perusahaan,” terang dia.

Dia merincikan, sebesar Rp26,3 triliun nilai surat utang perusahaan pembiayaan yang akan jatuh tempo tersebut terdiri dari Efek dalam bentuk obligasi Rp24,4 triliun, sukuk Rp1,4 triliun dan medium term notes (MTN) Rp500 miliar.

Nilai surat utang yang akan jatuh tempo di 2024 dari sektor perbankan sebesar Rp24,7 triliun dari 15 bank. Masing-masing terdiri dari obligasi Rp22,3 triliun, sukuk Rp400 miliar dan MTN senilai Rp2 triliun. Sektor telekomunikasi tercatat ada nilai surat utang yang jatuh tempo Rp15,6 triliun dari delapan perusahaan.

Selebihnya adalah sektor lembaga keuangan khusus (LKM), pembiayaan non-multifinance, pulp dan kertas, pertambangan, konstruksi, properti, perkebunan dan lainnya.

“Pada tahun ini banyak penerbitan surat utang bertenor pendek, satu tahun, karena menunggu momentum penurunan suku bunga pada tahun depan,” ucap Irmawati.

Sepanjang Semester I-2024, kata Irmawati, penerbitan surat utang secara nasional sebesar Rp61,29 triliun, dengan nilai penerbitan oleh BUMN grup sebesar Rp19,07 triliun. Dari total penerbitan surat utang, jumlah terbesar dilakukan oleh perusahaan multifinance Rp13,24 triliun dan diikuti perusahaan pulp and paper Rp12,75 triliun.

“Penerbitan obligasi oleh BUMN selama enam bulan pertama tahun ini mencapai Rp17,28 triliun, MTN Rp670 miliar, perpetual Rp335,19 miliar, SBK senilai Rp200 miliar dan Sukuk Rp579,01 miliar.

Sementara itu, obligasi yang diterbitkan perusahaan non- BUMN sebesar Rp37,82 triliun, MTN senilai Rp31,29 miliar dan sukuk sebesar Rp4,37 triliun.

Sementara untuk proyeksi penerbitan surat utang tahun ini, Pefindo proyeksi penerbitan obligasi korporasi di tahun ini berada dalam kisaran Rp148,15 triliun hingga Rp169,05 triliun, dengan titik tengah berada di Rp155,46 triliun.

“Sejauh ini, beberapa asumsi makro yang melandasi proyeksi kami di awal tahun masih belum berubah, sehingga kami masih mempertahankan proyeksi kami,” ujar Kelapa Divisi Riset/Ekonom Pefindo, Suhindarto di acara yang sama.

Dia menjelaskan, proyeksi penerbitan obligasi korporasi tersebut diyakini bisa tercapai. Ini tak lepas dari sejumlah faktor pendorongnya. Pertama, kebutuhan refinancing perusahaan akan lebih tinggi pada 2024.

“Terindikasi dari nilai surat utang yang jatuh tempo di 2024 sebesar Rp150,5 triliun, lebih tinggi dari pada 2023 Rp126,9 triliun, di antaranya karena penerbitan tenor 1 tahun cukup besar di tahun lalu,” jelas Darto, sapaan akrab Suhindarto.

Kemudian, menurut Darto, faktor lainnya adalah aktivitas sektor riil juga terjaga. Ini terlihat dari permintaan tetap kuat dan stabil. Salah satu pendorongnya adalah aktivitas kampanye menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) serentak pada akhir 2024.

“Kami mengasumsikan ekonomi tumbuh di rentang 4,8 – 5,2 persen dengan inflasi pada rentang 2,0 – 3,5 persen,” ujarnya.



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Top