Properti Perkantoran Jakarta dan Surabaya Masih Stagnan


Jakarta, Kabar24—Pasar properti perkantoran di Jakarta dan Surabaya, saat ini, masih cenderung stagnan. Hal itu ditandai dari tingkat hunian dan tingkat harga sewa yang masih belum naik secara signifikan. Kemudian, pertambahan pasokan ruang kantor baru pun, tidak ada dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan.

Demikianlah rangkuman dari paparan Senior Associate Director Research Colliers Indonesia, Ferry Salanto, kepada wartawan hari ini di Jakarta.

Saat memaparkan hasil riset terbaru, Ferry menjelaskan bahwa, di akhir kuartal kedua 2024, rata-rata tingkat hunian perkantoran CBD Jakarta di 74,77%. Sedangkan di area non-CBD Jakarta, angka tersebut di 77,2%.

“Sedangkan untuk perkantoran Surabaya, tingkat huniannya malah lebih rendah yaitu di 63,9%,” Ferry menjelaskan.

Yang menarik adalah bahwa, untuk properti perkantoran CBD Jakarta, tidak ada pasokan baru hingga tahun 2025. Hal ini karena developer perkantoran sudah mencermati tren kelebihan pasokan di pasar tersebut. “Kekosongan pasokan baru tersebut, justru bisa menguntungkan pasar yang sedang tren kelebihan pasokan,” Ferry mengatakan.

Di Surabaya pun, ia mengimbuhkan, pasokan baru properti perkantoran sangat terbatas. Keterbatasan pasokan tersebut diperkirakan justru bisa membantu memulihkan tingkat hunian ke masa pra-pandemi Covid-19.

Seperti apa kondisi tarif sewa properti perkantoran di dua kota tersebut, saat ini? Ferry menjelaskan bahwa, saat ini, kondisi tenants market masih terjadi. Itu berarti bahwa para penyewa masih dalam posisi tawar-menawar harga yang lebih kuat, saat bernegosiasi dengan pengelola properti tersebut.

Sementara, dalam kesempatan media briefing yang sama,  Senior Director of Office Services Department Colliers Indonesia, Bagus Adikusumo, menjelaskan tentang kondisi pasar properti perkantoran di kawasan satelit Jakarta. Di sini, Bagus mengatakan bahwa tingkat permintaan di kawasan tersebut, masih stagnan.

“Setelah pandemi Covid-19 berlalu, kan perusahaan yang berkantor di Jakarta banyak menggelar kembali operasionalnya seperti semula. Dan hal ini berpengaruh negatif ke permintaan di perkantoran kawasan satelit,” kata Bagus.

Sebenarnya, di kuartal kedua 2024, ada perusahaan yang mulai ekspansi. Memang, ada dari mereka yang berpindah ke gedung baru. “Tetapi sayangnya, relokasi tersebut tak mengarah ke perkantoran di kawasan satelit Jakarta,” papar Bagus lagi.



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Top